OUTLOOK PENYAKIT IKAN DAN UDANG 2019 Print
Written by sekretariat   
Thursday, 24 January 2019 08:26
JAKARTA, Kamis 29 November 2018. Seminar Nasional Outlook Penyakit Ikan dan Udang 2019 digelar di Ruang Lawu 2, Gedung Pusat Niaga, Jakarta International Expoyang merupakan acara tahunan yang dilaksanakan atas kerjasama Info Akuakultur dan INFHEM. Acara ini menghadirkan pembicara diantaranya Guru Besar FPIK UNDIP Prof Dr Slamet Budi Prayitno, Head of Animal Health Service PT Central Proteina Prima Dr Heny Budi Utari, peneliti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Dr rer Nat Rahmania Admirasari dan Ir Heru Dwi Wahyono.
 
Sambutan sekaligus jalannya acara ini dimoderatori oleh Ketua Indonesia Network on Fish Health Management (Infhem), Ir Maskur. Sedikitnya 100 orang peserta hadir dari berbagai kalangan, diantaranya terdiri dari perusahaan swasta, pemerintah, universitas, dan seluruh stakeholder perikanan yang ada di Indonesia.
 
Prof Slamet Budi Prayitno menjelaskan, outlook penyakit ikan dan udang 2019. Penyakit ikan dan udang menjadi sangat penting dengan adanya intensifikasi budidaya dan aktivitas manusia. Penyakit infeksi dan non-infeksi dapat menyebabkan kematian ikan sampai 100% dalam waktu kurang dari lima hari. "Puncaknya, usaha budidaya bisa colaps seperti di era 90-an penyakit yang menyerang udang windu dan EMS pada tahun 2013," ujarnya.
 
Sementara, Dr Heny Budi Utari menjelaskan, perkembangan penyakit udang di Indonesia. lanjutnya, penyebab kerugian ekonomi di sektor perudangan wilayah Asia dan Indo Pasifik setidaknya terjadi sebab empat penyakit utama Virus (WSSV, IMNV, IHHNV, TSV dan SIHV), Bakteri (AHPND dan Vibrio sp), Parasit (Microsporidia dan Haplosporidia) dan Penyakit non-infeksi (Insang hitam, Toksik plankton, kram otot, dll).
 
Penyakit udang yang disebabkan oleh virus seperti merupakan momok utama petambak udang di Indonesia. "Perkembangan penyakit udang di Indonesia seperti Mio masih akan menjadi kendala udang di Indonesia. WFD dan Mio masih banyak merebak di Indonesia dan harus bisa ditangani dengan baik," jelas Heny.
 
Di sektor pakan, Dr rer Nat Rahmania Admirasari menjelaskan tentang pengembangan microalgae dalam mendukung industri akuakultur, di mana penggunaan alga perlu dikembangkan untuk sumber pakan ikan dan udang. Aplikasi dari alga banyak sekali, bukan hanya di sektor akuakultur saja tapi juga bisa jadi bahan biodiesel. Alga bisa menjadi basic food akuakultur. Sebab, kata Rahmania, kandungan energi yang tinggi atau bahkan tertinggi. Serta penggunaan microalgae perlu dikembangkan untuk sumber pakan ikan. (RA)